This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 01 April 2015

Mengenang Hari Kartini






















Hari Kartini
Indonesia sebagai Negara bekas jajahan tentunya memiliki sosok pahlawan yang patut kita kenang. Tak terkecuali pahlawan perempuan kita Rajen Ajeng Kartini yang selalu kita peringati setiap tanggal 21 April. Sebagaimana kita ketahui bahwa RA Kartini sebagai sosok emasipasi wanita, pahlawan perempuan Indonesia, yang berhasil mengangkat derajat perempuan Indonesia dan membuktikan bahwa perempuan tidak seperti yang mereka pikirkan pada zaman tersebut.  Bukan dengan tindakan kekerasan, tapi tetap radikal demi memperjuangkan kebenaran yang dipercayainya. Setelah beberapa decade RA Kartini wafat, pergerakan kaum wanita semakin memberikan efek yang luar biasa terhadap pergerakan bangsa Indonesia dari belenggu penjajah. Karena, semakin menggebuhnya semangat wanita untuk tetap terus mempertahankan Indonesia. Terbukti dengan munculnya beberapa pahlawan wanita seperti Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto, Hj. Fatmawati Soekarno dan lain sebagainya. Yah, bisa dikatakan bahwa RA Kartini ini sebagai motor penggerak pahlawan wanita Indonesia.
Dalam memperingati hari Kartini banyak hal yang bisa  dilakukan baik itu dari kalangan muda maupun sampai kekalangan yang tua. Dalam kalangan pemuda-pemudi Indonesia biasanya dalam memperingati perjuangan R.A Kartini melakukan ajang lomba busana, baju adat, balap gerobak sapi, tenis pakai kebaya, fashion show, dan masih banyak lagi. Yang menjadi sebuah pertanyaan, apa relasi antara lomba-lomba tersebut dengan hari Kartini? Dengan adanya lomba tersebut bisa membangun hubungan emosional. Lalu bagaimana kita memaknai Hari Kartini? Sederhana saja, baik laki-laki maupun perempuan patut memperingati Hari Kartini sebagai momentum untuk melakukan introspeksi diri agar bisa menjadi lebih baik dari apa yang sebelumnya dan tetap menjaga rasa nasionalisme.

Rabu, 18 Maret 2015

Perjuangan Tembus di Universitas Hasanuddin Makassar dengan Background Keluarga Petani



Perjuangan Tembus di Universitas Hasanuddin Makassar dengan Background Keluarga Petani
            Ketika matahari mulai tenggelam kodokpun mulai bergemuruh dengan suara dentumannya. Kodok seolah-olah mengingatkanku akan keberadaan dikampung halaman tercinta “Lacolo, Desa Timusu Kec. Ulaweng Kab. Bone.” Yah di Desa itulah orang tuaku berdomisili dan menjalani kerasnya hidup ini, bagaimana mungkin saya tidak mengatakan keras, kalau untuk mendatangkan selembar kertas harus banting tulang dan peras keringat. Sebagai anak aku hanya bisa mengolah kata rindu itu menjadi kata yang sangat pantas diutarakan kepada sosok pahlawan sejati dalam hidupku. Ayah dan Ibu rela menghabiskan waktunya demi mengais rupiah demi rupiah agar anaknya bisa menjadi anak yang Pattola Palallo (bahasa bugis) atau mengalami mobilitas vertikal.
            Ayah, ibu ketika mengingatmu diri ini terkadang tak mampu membendung air mata. Pada saat suara beduk mulai terdengar sebagai tanda bahwa waktu magrib telah masuk, saat itu pula aku sering menunggu perintahmu untuk melaksanakan kewajiban sebagai muslim (sholat). Akan tetapi perintah itu hanyalah utopis semata sebab, kita dipisahkan oleh jarak yang bukan main jauhnya. Rasa lapar, lelah dan haus tak kupedulikan lagi resikonya sewaktu mengingat perjuanganmu, yang peras keringat demi untuk membiayai jiwa penyemangatmu ini. Semua itu kau lakukan agar  kutetap bisa terus mengarungi dan mengenyam dunia intelektual. Meskipun busanamu sudah tak layak lagi dipakai, tapi kau tetap bersikeras tidak menggantinya, supaya bisa menyisipkan uang untuk biaya hidup dan kuliah di kota Daeng (Makassar).
            Bermula di tahun 2013 saya menginjakkan kembali kakiku untuk yang kedua kalinya di Makassar setelah tahun 2007, waktu itu masih berkecimpung di SD (Sekolah Dasar). Setelah mengikuti empat jalur masuk di UNM (Universitas Negeri Makassar) mulai dari jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) atau jalur undangan, SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) atau jalur tulis, jalur Bidikmisi (khusus untuk kalangan keluarga kurang mampu), dan yang terakhir yaitu jalur Mandiri. Sepertinya rejeki untuk kuliah di UNM tidak berpihak kepada saya karena tidak pernah tersangkut sekalipun. Yah pupuslah impianku kuliah di UNM di tahun 2013 setelah tereliminasi dari semua jalur yang kuikuti.
            Dilema pun menghantui mesti kuliah dimana lagi, mau ambil formulir di UMM (Universitas Muhammadiyah Makassar) pendaftaran sudah tertutup. Kebetulan teman seperjuangan yang juga tidak lulus mengambil formulir di UIT (Universitas Indonesia Timur) Makassar, saya pun juga tertarik ambil formulir. Setelah jadwal tes selesai selang beberapa hari akhirnya pengumuman keluar dan saya diterima di kampus tersebut, kampus yang berturut-turut dari tahun 2006, 2007, dan 2008 dapat predikat dengan kampus penerimaan Maba (mahasiswa baru) terbanyak di kawasan Indonesia Timur, mengalahkan semua Universitas Negeri maupun Swasta yang ada di Indonesia Timur. Suatu kesyukuran juga bisa menjadi bagian dari kampus tersebut.
            Alhamdulillah, akhirnya impian kuliah di Makassar terealisasikan juga meskipun bukan kampus favoriteku saat itu. Yah, saya telah berhasil melewati masa-masa krusial, dimana banyak sekali rintangan yang harus dilalui termasuk melewati hasutan orang yang tidak bertanggung jawab yang mau menjatuhkan semangatku untuk kulaih di Makassar. Sampai-sampai dia mengatakan kepada orang tuaku “kira-kira mulle mua pakkulia ana’mu di Juppandang namuto pakkamaja listrik muapparengi toi waja’I.” (bahasa bugis) atau Apakah kamu sanggup membiayai anakmu kuliah di Makassar? Biar biaya listrik sulit kau bayar. Waktu orang tuaku ditanya seperti itu dia hanya tertunduk lesu. Saya hanya mengatakan jangan didengar orang seperti itu ”don’t save in heart”, tidak bisa kita pungkiri bahwa memang ada orang yang tidak senang melihat kita bahagia. Insya Allah jika ada kemauan disitu pasti ada terselip jalan keluar “road to exit”.
            Pada hari pertama kuliah, kami dikumpulkan masing-masing perkelas dan memperkenalkan diri. Yah, di kampus itulah kami bertemu dengan teman-teman dari berbagai pelosok nusantara. Keakraban pun mulai terjalin diantara kami sesama mahasiswa baru. Diawal-awal perkuliahan kami disibukkan oleh pengaderan lintas fakultas yang dimana outdoornya keluar daerah tepatnya di Jenneponto. Setelah pengaderan selesai keakraban pun semakin terjalin dengan baik. Dikampus tersebutlah kami bersama dengan teman-teman menuntut ilmu pengetahuan. Meskipun ruangannya gerah karena AC yang kurang mendukung, tapi bagi kami itu bukan sebuah hambatan untuk menerima ilmu dari dosen. Tidak terasa berjalannya kuliah memasuki waktu final. Alhamdulillah hasil finalku di semester awal tidak mengecewakan.
            Memasuki semester II, perasaan jenuh sesekali menghantui dengan biaya kuliah yang tinggi yang berbanding terbalik dengan fasilitas yang kami dapat. Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi keluarga yang sepertinya kurang menndukung. Berhubung pekerjaan orang tua hanya petani yang berpengasilan rendah. Kondisi yang kualami, harus saya taktisi dengan cara apapun yang penting dengan cara yang baik. Sehingga memutuskan untuk kuliah sambil kerja agar kiranya bisa menutupi kebutuhan ekonomi dan membantu kedua orang tua untuk biaya pendidikan. Dan pada saatnya saya pergi membawah surat lamaran kerja di Olala Murah (Jl. Perintis Kemerdekaan km 10). Alhamduliallah kebetulan perusahaan tersebut sedang butuh karyawan dan bersiap menerima karyawan meskipun sedang kulaih. Terjawablah doa-doa selama ini dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan.
            Impian semasa SMA (Sekolah Menengah Atas) telah terealisasi bisa kuliah sambil kerja sampingan. Meskipun sulit karena ketika pulang kuliah harus langsung ke tempat kerja. Tidak bisa saya hindari bahwa saya mengalami banyak kendala, ketika waktu kuliah bentrok dengan jadwal kuliah maka saya harus mengorbankan salah satunya. Yah, memang tidak mudah menjalani kuliah sambil kerja tapi itulah jalan yang harus saya tempuh. Saya bersama dengan teman-teman seatap kampus disela-sela waktu kuliah sering kami cerita-cerita mengenai hasratnya untuk pindah kampus, mencari petualangan baru yang lebih menarik.  Dan bukan tanpa alasan saya juga setuju, selain factor ekonomi yang kurang memadai berhubung pembayarannya yang kurang bersahabat, juga saya sangat tertarik dengan kampus Merah Unhas yang luar biasa.
            Dengan adanya hasrat tersebut, konsentrasi menjadi tebelah dan akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti tes lagi. Sekitar kurang lebih satu bulan saya menjalani kuliah sambil kerja, saya kewalahan mengatur jadwal. Sehingga sering mengorbanka kuliah, padahal prioritas jauh-jauh meninggalkan halaman rumah menuju ke Makassar yaitu untuk kuliah. Jadi aku memutuskan untuk berhenti kerja karena dapat menghambat proses perkuliahan. Sebenarnya saya tidak rela meninggalkan tempat kerja, karena hubungan kami diantara karyawan begitu baik, akan tetapi di sudut lain saya harus focus kuliah. Adapun upah yang kudapat dari hasil kerja, saya gunakan biaya hidup sehari-hari dan menyelipkan sebagian untuk dipakai mendaftar tes SBMPTN. Dan pada akhirnya kuliahku pun sering kuabaikan karena merasa tidak peka lagi.
            Seiring berjalannya waktu dalam menggapai impian banyak sekali rintangan yang harus kupecahkan. Salah satu diantaranya ialah merealisasikan mimpiku untuk tembus di jurusan Sosiologi Universitas Hasanuddin Makassar. Keseriusanku agar bisa tembus di Unhas memang tidak main-main, selain persiapan fisik dan mental aku juga mengikuti bimbingan belajar selama dua hari di Privat Center.  Persiapanku tidak hanya sampai di bimbingan, aku juga membeli dua buku tips-tips tembus di PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Selain itu, aku juga mempelajari soal-soal SBMPTN 2013 dan banyak juga soal-soal saya unduh di Internet. Saking seriusku mau pindah kuliah, waktu final di UIT Makassar saya tidak perna belajar dan lebih mementingkan persiapan tes SBMPTN. Sekitar dua bulan sebelum tes, saya memang sudah buat jadwal pelajaran yang harus saya kuasai. Dalam sehari jadwal belajarku minimal 3 jam untuk mengupas soal demi soal.
            Setelah bimbingan belajar selesai kepercayaan diriku semakin meningkat. Disitu kami diajarkan belajar dengan baik, mengatur waktu dan tips-tips tembus di PTN. Pada hari pertama kami try out SBMPTN dan pada hari kedua diadakanlah pembahasan. Dihari yang kedua kami dikejutkan oleh motivator handal dan akan memberikan kami semangat untuk mengawal diri menuju PTN. Setelah motivator menyampaikan wejangannya dia ceritakan riwayat perjuangannya sehingga bisa sukses. Salah satu tipsnya yang menggetarkan kami yaitu menulis impian yang akan digenggam dimasa yang akan datang dan ditempel di dinding kamar kostnya. Suatu ketika temannya melihat tulisan tersebut, dan mengetawainya karena dianggap berangan-angan (utopis).
Dari sekian banyak impiannya yang paling menakjubkan diantara tulisannya yaitu dia memiliki impian untuk mengibarkan sang Merah Putih di Gunung tertinggi di Jepang, alhasil itu terwujud. Dari kesekian banyak impian yang ditulis, hanya sedikit yang tidak terpenuhi. Kisah perjuangan membangun mimpi itulah yang semakin menguatkan diri ini agar memulai dari sekarang untuk membangun mimpi dan memiliki komitmen yang besar untuk tembus di PTN. Dan tanpa berlama-lama saya pun ikuti tipsnya untuk menulis impian yang akan saya raih. Dibalik soal try out SBMPTN  itulah yang dibagikan saya goresi dengan tinta hitam. Saya pun dengan penuh harapan agar bisa mengikuti jejaknya yang baik, yang bisa menjadi tokoh regenerasi penentu bangsa dalam mengawal cita-cita sang proklamator (Soekarno) yaitu dapat berdiri diatas kaki sendiri (berdikari) atau mandiri (independen)
Pertama impian yang harus saya handful (genggam) yaitu tembus di PTN terkemuka di kawasan Indonesia Timur yaitu UNHAS (Universitas Hasanuddin) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Sosiologi. Jurusan tersebut memang saya idam-idamkan mulai sejak kelas 1 (satu) SMA. Impian kedua, sebagai calon mahasiswa yang memiliki background (latar belakang) dari kalangan farmer family (keluarga Petani), dimana penghasilannya yang tidak menetap dan kurang mencukupi untuk keluarga, maka impian kedua ini saya harus lulus di beasiswa Bidikmisi. Dimana beasiswa ini mahasiswa dibiayai sampai selesai (Sarjana) tanpa membayar sepeserpun (free). Jadi mahasiswa hanya belajar, belajar dan terus belajar. Beasiswa Bidikmisi ini memang diperuntukkan kalangan keluarga seperti saya (kurang mampu).
Setelah bimbingan belajarku selesai, sebenarnya masih ada kelas lanjutannya, tapi saya memutuskan untuk tidak memperpanjangnya karena terkendala dari finansial (money). Selanjutnya kini saatnya belajar dengan cara saya sendiri (mandiri). Dalam tes SBMPTN itu ada tujuh mata pelajaran yang akan diujiankan diantaranya TPA (Tes Potensi Akademik), Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi, Geografi dan Ekonomi. Untuk itu saya buat jadwal perhari permata pelajaran, dengan durasi minimal 3 jam dengan memecahkan berbagai bentuk soal. Kemudian, setalah sepekan belajar saya melakukan try out untuk mengetahui sejauh mana saya siap menghadapi tes SBMPTN. Hal tersebut saya lakukan bukan  hanya satu kali saja, tapi melainkan dengan berulang-ulang.  Sampai tingkat kepercayaan diriku semkin tinggi untuk bisa tembus di PTN favoritku.
Selain belajar dengan cara  saya sendiri (mandiri) saya juga sesekali pergi belajar kelompok di Kost teman, namanya Aswan Mahasiswa FH (Fakultas Hukum) UNHAS yang berpengalaman di Ujian SBMPTN. Diruangan 3x4 m yang berdinding tembok dengan cat putih yang penuh dengan goresan impian yang akan dicapai oleh pemilik kamar, disitulah kami menimbah ilmu bersama dengan teman-teman seperjuangan yang juga mau ikut tes. Bersama dengan teman-teman kami melakukan try out dengan durasi yang ditentukan, setelah itu kami bahas mana jawaban yang dianggap benar dan bagaimana caranya sehingga jawaban itu bisa benar. Diruangan itulah kami kupas dengan tuntas soal-soal yang dianggap akan muncul di Ujian nanti. Dalam satu soal kami silih berganti memaparkan jawaban dan alasan masing-masing. Meskipun sesekali ruangan bergemuruh karena berselisih paham, tapi itu bukan problem (masalah) bagi kami.
            Seminggu sebelum ujian SBMPTN saya semakin intensifkan belajar. Setelah sholat isya dan makan malam, mulai star belajar didalam kamar yang sunyi. Untuk menghindari gangguan suara-suara sumbang maka satu-satunya cara untuk mentaktisinya yaitu menutup kamar dengan rapat. Di dalam kamar itulah saya fokuskan belajar dan mengupas soal-soal. Setelah belajar satu sampai dua jam sesekali saya memutar musik atau melihat video-video lucu untuk mengusir stress dan membangkitkan kembali kefokusanku. Pernah saya mendapatkan teguran dari teman yang mengatakan, jangan terlalu serius belajar bro nanti kamu stres. Saya hanya beri feedback (umpan balik) melihatnya sambil senyum. Dalam benakku lebih baik aku gila karena belajar daripada menyesal karena menyia-nyiakan waktuku kehal-hal yang kurang bermanfaat
            Sehari menjelang ujian SBMPTN berbagai persiapan telah kusiapkan, mulai dari setrika baju, meraut pensil, penghapus, penggaris, sepatu, dan lain sebagainya. Sorenya saya bersama teman pergi ceklok (cek lokasi) di SMK KARTIKA. Sesampainya di tempat tujuan, kami bertanya kepada security (satpam) dan memperlihatkan Kartu Peserta. Setelah ruangannya ditemukan kami langsung masuk kelas. Kebetulan nomor pesertaku  tertera diatas meja paling belakang. Sebenarnya tidak suka tempat duduk paling belakang karena untuk mendapatkan konsentrasi itu kurang, tapi itu tidak jadi masalah. Setelah ditemukan kami bergegas untuk pulang dan mempersiapkan fisik dan mental. Malamnya saya putuskan tetap belajar untuk mempermantap persiapan ujian besoknya. Tapi untuk kali ini saya tidak terlalu lama belajar, hanya sekedar merefresh (memulihkan) pelajaranku, dengan hanya membaca secara sekilas (cepat) tiap mata pelajaran yang diujiankan.
            Hari yang kunanti-nanti akhirnya sampai juga, saya bergegas bangun sholat kemudian dilanjutkan dengan mandi terus sarapan. Sebelum berangkat baca doa dulu (doa keluar rumah) dan merenung yang seolah-olah sedang mengerjakan soal dan lulus di Unhas “filosofis bugis”. Hal seperti itu saya dapatkan waktu menjelang UN (Ujian Nasional) dari guru Bahasa Indonesiaku, Andi Budi Harsono S.pd M.pd. Dalam perjalanan menuju tempat ujian Alhamdulillah tidak ada hambatan yang berarti hanya macet. Sesampainya ditempat tujuan motorpun berjejeran ditempat parkiran yang tersusun dengan rapi. Yah, di Sekolah itulah kami bertemu seperjuangan dari berbagai suku, ras dan agama. Itu menandakan bahwa disekolah tersebut (Smk Kartika) banyak sekali saingan yang harus kita ungguli jika kita mau masuk di Unhas. Bersama dengan teman-teman kami langsung mengarah keruangan dan menunggu pengawas.
            Akhirnya pengawas datang juga sambil membawah berkas (amplop) yang disimpan persis dipinggang kanannya, dengan bertuliskan Dokumen Negara. Selanjutnya pengawas tersebut tanpa berlama-lama dan langsung mengarahkan peserta ujian untuk masuk di ruangan. Setelah ruangan steril dan peserta sudah duduk ditempatnya masing-masing, pengawas membagikan LJ (Lembar Jawaban) dan memberi  waktu kepada peserta sekitar 15 menit untuk mengisi biodata. Tanpa basa-basi saya pun mengisi biodata dengan teliti yang disertai dengan kegugupan. Bagaimana mungkin saya tidak gugup kalau salah sedikit, biodata tidak akan bisa terbaca oleh computer (eror). Otomatis kalau biodataku eror, maka impianku masuk di Unhas jalur SBMPTN harus saya kubur dalam-dalam. Dan menunggu lagi dijalur selanjutnnya.
            Setelah biodata selesai, soal-soal pun dibagikan dengan menggunakan jalur atau system kerjasama pengawas hanya memberikan soal kepada peserta yang berada di bangku depan kemudian membagikan lagi kebelakang sampai seterusnya. Soalpun sudah berada di depan mata. Sebelum saya buka soal tersebut, sebagai mahluk  yang lemah dan tidak bisa bergerak apa-apa tanpa kehendak yang Maha Kuasa, maka saya berdoa dulu. Untuk ujian kali ini berbedah dengan tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi pembayaran maupun model soal. Di tes ujian SBMPTN 2014 dibagi menjadi dua sesi.
Sesi pertama Tes Potensi Akademik (TPA) Sambil gemetaran saya buka soal dengan menggunakan tangan kanan. Bismillahirahmanirahim, untuk mengefisienkan waktu saya hanya focus disoal tanpa melirik keteman-teman yang lain.  Dan menegerjakan soal-soal yang dianggap mudah, setelah saya baca soal dan mengetahui jawabannya saya beri tanda dengan membundari dan ketika sudah genap sekitar 10 nomor kemudian baru saya pindahkan di lembar   jawaban. Dari sekian banyak nomor hanya sedikit yang tidak kukerja, sayapun mengerjakan soal yang tidak kuketahui karena system pengumpulan poinnya yaitu dengan plus (+) minus (-). Jawaban yang benar dapat poin +3,  semetara jawaban yang salah -1 dan jawaban yang kosong (tidak diisi) dapat poin 0. Setelah waktu berakhir sayapun bergegas mengumpul lembar jawaban dengan soal.
            Selanjutnya istrahat selama kurang lebih 30 menit, waktu yang diberikan saya gunakan untuk makan snack (makanan ringan) disertai air Aqua botol dan pergi di Mushallah sekolah karena waktu arah jarum jam sudah menunjukkan tanda waktu sholat dhuhur. Waktu istirahat pun selesai dan menuju keruangan bersama dengan Muchtar. Sesi kedua pun dimulai dengan mata pelajaran Soshum atau Sosiol Humaniora (Ips), taktik yang saya gunakan pada tahap pertama sama dengan pada tahap kedua ini. Jumlah soal ada 60 tiap-tiap mata pelajaran masing-masing 10 nomor. Ditahap yang kedua ini yang menjadi kendala hanya di soal Bahasa Inggris dan Matematika karena persiapanku sangat minim dipelajaran tersebut. Sehingga memutuskan hanya mengerjaakan masing-masing 5 nomor dengan menggunakan sistem cenning-cenning ati (bahasa bugis) atau sesuka hati. ketika waktu berakhir lembar jawaban dikumpul, sementara soal-soal dikasih peserta sebagai bahan intropeksi.
            Dan akhirnya kamipun bergerak keluar dari ruangan yang disertai dengan rasa lega karena ujian selesai dan hanya tinggal menunggu hasil jeripayah perjuangan. Saya bersama dengan Muchtar merapat menuju ke tempat parkiran mengambil kendaraan dan meninggalkan sekolah SMK KARTIKA untuk menuju ke rumah. Didalam perjalan yang begitu macet, kami berbincang-bincang mengenai pengalaman yang kami dapatkan pada saat ujian dan menceritakan seberapa besar peluang lulus di SBMPTN. Teman saya mengatakan bahwa dia tidak yakin lulus (pesimis) karena soal yang begitu rumit dan kurang persiapan. Sedangkan saya dengan bermodalkan persiapan selama beberapa bulan, Insya Allah usaha akan berbanding lurus dengan hasil, dengan penuh keyakinan (optimis) saya pasti bisa tersangkut di SBMPTN dan menjadi salah satu mahasiswa baru 2014 di Universitas favorit.
Beberapa hari setelah ujian SBMPTN selesai, sebenarnya saya masih mau menikmati suasana kota Makassar. Tapi kondisi yang kurang mendukung, karena perlahan isi dompet mulai menipis dan bulan suci Ramadhan semakin dekat. Yah begitulah kehidupan di kota, untuk mengisi perut semuanya harus mengorek kocek (uang). Berbeda dengan di kampung semuanya tersedia di alam tanpa harus mengeluarkan duit (money). Sorenya saya kumpulkan baju dan celana untuk disatukan dalam wadah (bag). Subuhnya bangun sholat baru merapat ke kampung halaman bersama dengan teman-teman. Didalam perjalanan kami menyambut fajar  dan menikmati panorama yang begitu menakjubkan. Setelah melewati perbatasan Bone-Maros, kami sangat antusias dan rasanya tidak sabar lagi untuk sampai di rumah dan bertemu dengan kedua orang tua. Dan akhirnya sampai di rumah, orang tua menyambut dengan senyuman kebahagiaan dan euphoria.
Sambil menunggu hasil pengumuman, eksistensiku dikampung halaman tidak kusia-siakan dengan tinggal berdiam diri di rumah. Sebagai keluarga petani tentu banyak pekerjaan berat yang menanti di kebun. Nah untuk meringankan pekerjaan orang tua, ketika orang tua pergi di kebun saya pun membuntutinya. Adapun pekerjaan yang sering kulakukan seperti membasmi hama padi dengan cara menyemprot dengan berbagai campuran racun. Pekerjaan seberat itu tentu tidak tega jika dikerjakan oleh orang tua yang sudah menua dan kulitnya mulai keriput. Hari-hari saya lewati di kampung, tanpa kusadari pengumuman hasil ujian semakin dekat. Dan akhirnya hari yang dinanti untuk semua pendaftar SBMPTN telah tiba yaitu Rabu, 16 Juli 2014. Sayapun memutuskan baru membuka websitenya pada saat malam.
Matahari mulai tenggelam di arah barat, yang menandakan bahwa waktu magrib telah tiba dan buka puasa dimulai. Setelah pengisian perut selesai yang seharian keroncongan, sebagai umat islam tentu ada kewajiban yang mesti kita tunaikan dulu. Dan selanjutnya siap-siap menuju ke Masjid untuk melaksanakan sholat sunnah tarawih. Akan tetapi sebelum ke masjid saya putuskan untuk membuka dulu pengumuman. Dengan tubuh yang berdebar-debar, sayapun mengambil handphone (Hp) kemudian membuka websitenya. www.pengumuman.sbmptn.or.id lalu muncullah sebuah kotak-kotak yang mengingstruksikan untuk memasukkan nomor peserta disertai dengan tanggal lahir. Yah data yang diminta telah kuinput, Nomor Peserta (214-82-00817) Tanggal Lahir (080895).
Bismillahirahmanirahim, pada saat login pertama dan kedua dataku tidak terbaca hanya di respon (data tidak valid), sambil jantung berdebar-debar yang disertai keringat dingin dengan problem (masalah) tersebut. Untuk yang ketiga kali ini, saya memasukkan data dengan teliti dan hati-hati. Dan pada akhirnya dataku valid dan berhasil login, Alhamdulillah disitu terterah “Selamat Anda Dinyatakan Lulus Sbmptn Universitas Hasanuddin Makassar Jurusan Sosiologi”. Tiba-tiba aku melakukan gerakan refleks dengan mengepalkan kedua tangan sambil mengatakan yes, Alhamdulillah sebagai bentuk kesyukuran kepada sang Pencipta aku langsung sujud syukur. Kemudian memanggil orang tua dan mengatakan “Ma’e luluska di Unhas” yang kebetulan orang tua tidak menyahut karena dalam keadaan bersujud kepada Allah SWT. Selesai sholatnya baru merespon yang disertai dengan ekspresi bahagia.
Yah malam tersebut aku senang sekali, sebab impianku kuliah di Universitas terbaik di Indonesia Timur tinggal selangkah lagi. Meskipun hanya lulus dipilahan kedua, tapi justru aku lebih senang karena itu memang yang menjadi prioritasku (Sosiologi), jurusan yang identic sebagai Dokter Masyarakat. Sekali lagi aku senang sekali bisa lulus di jurusan yang mulai sejak kelas satu Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi pelajaran yang kunanti-nanti jam belajarnya. Sebagai bentuk penghomatan saya menelpon teman yang selalu memotivasi, bahwa saya berhasil memecahkan soal dan berhasil tembus di SBMPTN. Langkah kaki menuju masjid terasa ringan karena diiringi dengan rasa kebahagiaan. Namun, kebahagiaan tersebut terasa kurang lengkap, karena diatara delapan orang seperjuangan yang mengikuti tes hanya dua yang lulus.
keesokan harinya saya disibukkan dengan mengurus berkas pendaftaran ulang. Dilampiran persyaratannya banyak sekali yang harus kita lengkapi, mulai dari surat keterangan tidak mampu, surat keterangan penghasilan orang tua, foto copy kartu keluarga, foto rumah diambil dari empat sisi, dan lain sebagainya. Setelah berkas lengkap saya pun berangkat ke Makassar. Setelah sampai ke Makassar ternyata ada berkasku yang tidak lengkap, kemudian saya telpon temanku yang waktu itu masih dikampung. Dialah yang mengurus berkas tersebut di Sekolah. Tapi temanku mengalami kesulitan karena staff sekolah tidak mau keluarkan Surat Keterangan Tidak Mampu karena pihak yang terkait “penulis” tidak ada. Jadi saya diharuskan pulang jika mau mengambil surat tersebut. Tapi saya mengalami kendala untuk pulang, selain karena waktu yang mepet juga kondisi keuangan yang kurang memadai.
Jalan satu-satunya meminta tolong kepada guru agar kiranya memberi bantuan untuk pengurusan berkas, akan tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa, sebab yang berhak mengeluarkan surat tersebut adalah staff. Penulis pun dibuat pusing dengan kendala tersebut berbagai cara kulakukan tidak ada hasil apa-apa. Cara selanjutnya yaitu menelpon keluarga untuk membujuk staff sekolah, ditelponlah staff tersebut. Dan kebetulan tanteku (Kamasia) yang menelpon dan memiliki hubungan dekat dengan staff sekolah. Selanjutnya tanteku melobi-lobi dengan menerapkan komunikasi efektif (effective communication), Alhamdulillah akhirnya dia berhasil meluluhkan hati staff sekolahku yang berujung dikeluarkannya Surat Keterangan Tidak Mampu.
Setelah berkas sudah lengkap, besoknya tanggal 23 Juli 2014, saya bersama dengan temanku (Aswar) merapat ke Kampus dengan memakai kostum hitam putih untuk verifikasi berkas. Setelah mendapat giliran, berkas saya serahkan kepada penguji dan berhasil mendapatkan golongan paling rendah yaitu UKT I (Uang Kuliah Tunggal) sebesar Rp 500.000,-. Kegembiraan tidak hanya sampai disitu, untuk mahasiswa baru yang mendapatkan golongan UKT I dan UKT II diberikan rekomendasi dan diwajibkan mendaftar beasiswa Bidik misi. Yah, lagi-lagi aku senang sekali itu berarti bahwa untuk mewujudakan impianku untuk mendapatkan beasiswa Bidikmisi terbuka dengan lebar. Saya pun mengambil formulir pendaftarannya dan mengisinya, setelah berkas sudah lengkap selanjutnya dibawah di Kemahasiswaan Pusat.
Keesokan harinya kami kembali ke daerah karena urusan sudah selesai dan hanya tinggal menunggu jadwal selanjutnya. Beberapa hari dikampung ada pengumuman bahwa pada tanggal 18 Agustus 2014 ada jadwal P2MB (Penerimaan dan Pembekalan Mahasiswa Baru). Pertemuan pertama bersama dengan Maba Unhas sangat berkesan, di dalam Baruga Pettarani Unhas kami bertemu dengan teman-teman seangkatan. Di dalam gedung tersebut penuh dengan kepala botak dan jas merah membarah. Setelah selesai P2MB tingkat Universitas, hari selanjutnya beralih ketingkat Fakultas. Dan keesokan harinya beralih ketingkat jurusan. Diruangan 104 FIS III yang menjadi saksi bisu eksistensi pertama kami bersama dengan  teman-teman baru dan sekaligus keluarga baru kami di jurusan Sosiologi. Setelah P2MB selesai, tepatnya tanggal 25 Agustus 2014 merupakan kuliah perdana kami. Sekitar satu bulan berjalan kuliah, akhirnya pengumuman penerima beasiswa Bidikmisi pun keluar dan Alhamdulillah namaku terterah dengan jelas yang disertai dengan NIM (Nomor Induk Mahasiswa). Rasa senang yang disertai dengan kesyukuran saya curahka kepada Allah SWT. karena telah memberikan amanah sebagai Mahasiswa yang dibiayai oleh Negara sampai sarjana “S1”.
Sebagai kesimpulan bahwa jangan pernah menjadikan ekonomi sebagai alasan untuk tidak melanjutkan pendidikan, sekalipun orang tua kita hanya berpenghasilan yang kurang mencukupi atau bahkan kita hanya hidup sebatang kara. Yah, meskipun kita tidak bisa pungkiri bahwa ekonomi itu sangat urgen, akan tetapi perlu kita pahami bersama bahwa Tuhan itu Maha Kaya. Jika kita mau bersungguh-sungguh menuntut ilmu Insya Allah disetiap masalah pasti selalu ada terselip jalan keluar yang tidak bisa kita duga-duga arah datangnya. Dan ketika menghadapi masalah maka janganlah langsung putus asa, karena bisa jadi itu lebih baik dari pada apa yang kita harapkan. Salam hormat dari Penulis

Bagas Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Unhas

Studi Lembaga Himapol Fisip Unhas



Hasil Interview Ektrakurikuler II Kepemimpinan dalam Studi Lembaga Bersama dengan Ketua Himapol Fisip Unhas


            Sabtu, 14 Maret 2015 kami bersama dengan teman-teman hadir di Kampus dalam rangka pertemuan Ekstrakurikuler II Kepemimpinan. Setelah kami sampai di kampus, selang beberapa menit menunggu kehadiran Kopel, kami mengisi dengan cerita-cerita dengan senior Sosiologi dan Antropolog Sosial di depan Himpunan. Selanjutnya ketika Kopel Kepemimpinan datang kami langsung mengarah ke lantai 2 Perpustakaan tepatnya di atas Himpunan. Sesuai dengan perjanjian minggu lalu bahwa pada pertemuan kali ini, akan diadakan penilaian dalam studi lembaga. Dimana akan dibagi sebanyak tujuh kelolmpok dan setiap kelompok akan menginterview ketua Himpunan sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Kopel.
            Dalam pembagian kelompok tersebut setiap kelompok terdiri dari dua sampai tiga orang. Giliran namaku pun disebut dan diberi amanah untuk berpasangan dengan Suciana majors from International Relation (hubungan internasional). Setelah pembagian kelompok selesai kami bersama dengan teman-teman menuju ke lantai satu untuk bertemu dengan ketua Himpunan atau yang mewakili. Ternyata ketua Himpunan Himapol sudah duluan menunggu in association path (lorong himpunan). Saya bersama dengan Suciana langsung mengarah dan duduk sila di depan ketua Himapol. Jika dilihat dari raut mukanya dia menerima kami full with a smile. Dengan melihat hal tersebut, kami pun dengan senang hati dan memberi feedback yang setimpal.
            Esensi meeting pun dimulai dengan ditandai adanya perkenalan antara komunikator dan komunikan. Nama dari ketua Himpunan Himapol adalah Andi Ahmad Abdaud and biasa dipanggil dengan sebutan Kak Ayos. Dia pertama kali melihat dunia ini sekitar 2 dekate terakhir dimana orang tuanya “Ayah” asli orang Barru, tapi berdomisili di Makassar. Jadi besar kemungkinan bahwa kak Ayos ini tidak begitu lihai berbahasa daerah (Bahasa Bugis). Nah, adapun tujuan dengan diadakannya interview tersebut untuk mengetahui seluk-beluk dari setiap Himpunan yang ada di Fisip Unhas.
            Himapol itu adalah Himpunan Mahasiswa Politik dimana didalamnya menaungi mahasiswa dari jurusan Politik dengan maksud untuk mewadahi bakat-bakat dari jurusan Politik. Selain itu, Himapol juga sebagai wadah untuk mengaktualisasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan. Karena yang didapat di bangku perkulihan tersebut hanyalah teori-teori dan tidak ada pengeksekusiannya. Nah melalui dengan adanya Himpunan tersebut mahasiswa dapat menjadikannya sebagai tempat ledakan dari ilmu yang didapatkan. Selain itu, himapol tersebut dijadikan sebagai wadah untuk saling berbagi ilmu pengetahuan dengan cara mendiskusikannya.
            Berhimpun “organization” itu sangat urgen bagi mahasiswa, sebab sebagai mahasiswa Sospol yang menjadi lab kita adalah organisasi. Sehingga dengan adanya sebuah organisasi tersebut kita bisa mengembangkan potensi yang kita miliki. Selain mengembangkan potensi, organisasi juga menjadi sarana untuk mencetak sarjana dan kader yang memiliki nilai plus. Artinya yang dikuasai bukan hanya disiplin ilmunya saja.
            Di dalam Organisasi tersebut tak terkecuali Himapol pasti setiap organisasi ada yang menungganginya. Nah kak Ayos ini sebagai jockey pasti dia mengerti mengenai yang sebenarnya apa sih makna pemimpin itu? Dia mengatakan bahwa makna pemimpin itu ialah harus dapat memberi jalan kepada bawahannya untuk berkreasi. Dia juga mengtakan bahwa pemimpin itu juga berfungsi sebagai penuntun dijalan yang lebih baik. Dan apabila ada anggotanya yang malas maka disitulah seorang pemimpin untuk memberikan wejangan, dorongan, dan semangat kepada anggota-anggotanya.
            Sebagai seorang pemimpin tentu saja tidak langsung menjadi pemimpin di organisasi tersebut. Banyak hal-hal yang harus ditunaikan dulu tak terkecuali syarat-. syaratnya jadi pemimpin yang ideal. Ucapnya bahwa pemimpin itu harus bisa memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu baru bisa memimpin orang lain. The impossible cause bisa memimpin orang lain yang sementara dirinya belum bisa ia control. Kak Ayos terpilih menjadi ketua Himapol bukan karena dia mengajukan dirinya, akan tetapi beliau ini terpilih karena berdasarkan hasil aklamasi, bahwa beliau ini diberi amanah untuk menunggangi Himapol. Sebuah tanda tanya besar, mengapa dia bisa diangkat sebagai ketua, yang sementara itu dia tidak mengetahui kelebihan apa yang ia miliki sampai-sampai diberi amanah tersebut yang bukan main besar tanggung jawabnya.
            Kendala-kendala yang dihadapi yaitu banyaknya tekanan-tekanan dari luar. Dimana orang tersebut menggunakan standarisasinya dengan ketua Himapol. Nah, tentu itu sebuah perkara yang tidak mudah dijalani oleh seorang ketua. Karena bagaimana pun setiap orang pasti memiliki konsep tersendiri. Dari peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah hal yang dianggap sebagai the big problem (masalah besar), tentu sebagai seorang ketua hal-hal sepert itu harus ditaktisi dengan bijak. Sebagai seorang pemimpin apapun yang terajadi di Himpunannya pasti ia bertanggung jawab, tak terkecuali dalam proses pembinaan Maba (Mahasiswa baru). Berbicara mengenai konsep pengaderan itu dalam Himapol, bahwa pada tahap pertama dibimbing mengenai sikap, mental, dan moral. Karena hal tersebut sangat fundamental untuk membina kader-kader yang berkualitas.
            Sebagai sosok seorang pemimpin tentunya tidak boleh memiliki sifat yang sombong dan semacamnya. Kak Ayos ini selama menjabat sebagai ketua, dia tidak mengalami perubahan, akan tetapi teman-temannyalah yang sedikit mengalami perubahan ke ketua, yang sedikit lebih menghargai karena mungkin dengan statusnya tersebut sehingga para anggotanya lebih segan kepada atasannya.   
Kak Ayos menyarankan kami bahwa hal yang paling urgen bagi seorang pemimpin itu ialah belajarlah dulu untuk memperbaiki diri sendiri baru bisa memperbaiki orang lain. Sebagaai kesimpulan bahwa ternyata menjadi pemimpin itu bukanlah perkara mudah, butuh kerja keras, tanggung jawab, disiplin, dan ulet. Selain itu, pemimpin juga harus memberi contoh yang baik yang bisa dijadikan sebagai panutan dan selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada anggota-anggotanya.

Bagas Mahasiswa Fakultas Sospol Universitas Hasanuddin Makassar